TEORI UTILITARIANISME
- Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya.
- Utilitarianisme secara utuh dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan secara lebih luas oleh James Mill dan John Stuart Mill. Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Bagi Bentham, moralitas bukanlah persoalan menyenangkan Tuhan atau masalah kesetiaan pada aturan-aturan abstrak, melainkan tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sebanyak mungkin kebahagiaan di dunia ini. Oleh karena itu, Bentham memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang disebutnya dengan ‘Asas Kegunaan atau Manfaat’ (the principle of utility).
- Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’.
- Bentham memperkenalkan metode untuk memilih tindakan yang disebut dengan utility calculus, hedonistic calculus, atau felicity calculus. Menurutnya, pilihan moral harus dijatuhkan pada tindakan yang lebih banyak jumlahnya dalam memberikan kenikmatan daripada penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Jumlah kenikmatan ditentukan oleh intensitas, durasi, kedekatan dalam ruang, produktivitas (kemanfaatan atau kesuburan), dan kemurnian (tidak diikuti oleh perasaan yang tidak enak seperti sakit atau kebosanan dan sejenisnya).
- Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan pembenaran euthanasia (mercy killing):
(1). Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia.
(2). Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia.
(3). Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral.
Sekalipun mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih sayang.
Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan imoral.
- Singkatnya, Utilitarianisme Klasik yang diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill dan, anaknya, John Stuart Mill, dapat diringkas dalam tiga proposisi berikut: Pertama, semua tindakan mesti dinilai benar/baik atau salah/jelek semata-mata berdasarkan konsekuensi2 atau akibat2nya. Kedua, dalam menilai konsekuensi2 atau akibat2 itu, satu-satunya hal yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkannya. Jadi, tindakan2 yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan terbesar ketimbang penderitaan. Ketiga, dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain. Kesejahteraan tiap orang sama penting dalam penilaian dan kalkulasi untuk memilih tindakan.
- Gagasan Utilitarianisme yang menyatakan bahwa ‘kebahagiaan itu adalah hal yang diinginkan dan satu-satunya tujuan yang diinginkan, semua hal lain diinginkan demi mencapai tujuan itu’ jelas mirip dengan gagasan Hedonisme. Dan Hedonisme, seperti kita tahu, adalah keyakinan klasik bahwa kenikmatan, kebahagiaan atau kesenangan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan. Istilah Hedonisme sendiri beasal dari kata Yunani yang bermakna kesenangan. Hanya saja, Epicurus, tokoh utama Hedonisme percaya bahwa manusia seharusnya mencari berbagai kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan pikiran ketimbang tubuh. Katanya, orang bijak harus menghindari kesenangan2 yang akhirnya akan berujung pada penderitaan.
- Para penggugat Utilitarianisme mengajukan sejumlah keberatan. Antara lain, Asas Kegunaan itu sering bertentangan dengan aturan2 moral yang sudah mapan, seperti Jangan Berbohong, Jangan Mencuri, Jangan Membunuh.
- Kedua, Utilitarianisme cenderung mengunggulkan Asas Kegunaan (the Principle of Utility) atas Asas Keadilan atau Hak-hak seseorang. Misalnya, bila ada dua pihak yag bertikai di depan hukum. Salah satunya lebih kuat dan berkuasa daripada yang lain, sehingga kekalahan pihak yang lebih berkuasa akan mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan yang lebih besar pada pihak lawan dan orang2 di sekitarnya; kaum Utilitarian akan memenangkan pihak yang lebih kuat demi mencapai sesedikit mungkin penderitaan, sekalipun untuk itu asas keadilan atau hak seseorang harus dikorbankan.
- Gugatan lain: karena Utilitarianisme secara eksklusif mengambil pertimbangan tentang konsekuensi yang akan terjadi, maka pandangannya selalu melupkan masa lalu. Misalnya, bila seseorang berjanji kepada adiknya untuk melakukan sesuatu, lalu mendadak dia harus mengerjakan sesuatu lain yang juga sama2 penting dengan janji tersebut, tetapi pekerjaan itu lebih menyenangkan baginya, maka kaum utilitarian akan memilih untuk melanggar janji itu. Dengan demikian, kaum utilitarian mengabaikan apa yang disebut dengan kawajiban2 moral.
- Untuk menjawab gugatan2 itu, kaum Utilitarian membedakan Utilitarianisme-Tindakan (Act-Utilitarianism) dengan Utilitarianisme-Kaidah (Rule-Utilitarianism). Utilitarianisme-Kaidah berpijak pada pandangan bahwa ‘Semua aturan perilaku umum yang cenderung memajukan kebahagiaan terbesar bagi orang terbanyak’ harus dikukuhkan. Jadi, dalam kasus aturan Jangan Berbohong, Utilitarianisme-Kaidah menyatakan bahwa tindakan yang berdasarkan aturan moral ini lebih sering menghasilkan konsekuensi kebahagiaan ketimbang Berbohonglah. Dengan demikian, aturan Jangan Berbohong sesuai dengan Utilitarianisme-Kaidah.
- Namun, para penggugat kembali menyatakan bahwa gagasan Utilitarianisme-Kaidah terbalik dalam menilai banyak hal. Misalnya, persahabatan adalah sesuatu yang baik dan benar, sekalipun seringkali ia tidak menyenangkan atau membuat kita menderita. Kita memiliki sahabat dan menghargai persahabatan karena memang itulah tindakan yang baik dan benar, sekalipun kita tidak tahu konsekuensi atau akibat dari persahabatan kita. Jadi, terbalik dengan gagasan Utilitarianisme yang mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan, dalam situasi ini kita pertama-tama melihat bahwa persahabatan itu baik dan kita bahagia karena mengerjakan hal yang baik, dan bukan kita mencari sahabat karena dengan persahabatan itu kita dapat mencapai kebahagiaan.
- Selain itu, pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh kaum Utilitarian adalah: Apakah hakikat kebahagiaan? Apakah kebahagiaan itu hasil dari suatu tindakan, atau dirasakan saat tindakan berlangsung? Apakah kebahagiaan yang dituju di sini bersifat permanen ataukah sementara, seringkali kebahagiaan yang bersifat sementara berlawanan dengan kebahagiaan yang bersifat permanen? Bukankah moralitas Utilitarian itu berpijak pada sesuatu yang akan terjadi atau sesuatu yang belum tentu terjadi untuk memutuskan tindakan yang seharusnya segera terjadi?
- Gugatan lain yang ditujukan atas Utilitarianisme: bukankah utility itu merupakan sesuatu yang relatif? Dan bila relatif, dan memang demikian adanya, mungkinkah hal yang relatif menjadi ukuran baik-buruk moral bagi suatu tindakan?
Sumber : http://musakazhim.wordpress.com
TEORI UTILITARIANISME
Teori utilitarianisme dikenali sebagai Konsep Utiliti atau Prinsip Kebahagiaan Terbanyak.Teori ini secara lengkap dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan luas oleh JohnStuart Mill. Secara umum, teori ini menggalakkan manusia mangambil tindakan yang bolehmenghasilkan kebaikan, keseronokan, faedah, kebahagiaan, atau kegembiraan yang maksimumke atas sebanyak mungkin orang yang terlibat. Kegembiraan pihak majoriti adalah diutamakanberbanding dengan kesedihan yang dihadapi oleh minoriti. Kesimpulannya, tindakan yangmembawakan kegembiraan atau keseronokan kepada majority orang merupakan tindakan yangbermoral, manakala tindakan yang menghasilkan kesusahan atau kesedihan merupakantindakan yang tidak bermoral.Pada dasarnya,
Teori Utilitarianisme dibahagi kepada dua kategori iaitu UtilitarianismeTindakan dan Utilitarianisme Peraturan. Utilitarianisme Tindakan bermaksud, sesuatu tindakanitu dianggap baik jika tindakan itu membawa kesan yang menguntung. Manakala,Utilitarianisme Peraturan merupakan perbaikan dari utilitarianisme tindakan. Sesuatu itudipandang baik kalau ia berguna dan tidak melanggar peraturan yang ada.
Pendapat pertama teori Utilitarianisme adalah seseorang mestilah berfikir ataumerenung baik-baik tentang akibat-akibat atau kesan-kesan tindakannya supaya tindakannyamembawa keseronokan kepada orang ramai. Sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatutindakan yang membawa keburukan kepada minoriti adalah dibenarkan untuk mengelakkansesuatu yang tidak baik berlaku ke atas orang majoriti Bagi utilitarianisme, dalam memutuskan kemoralan melancarkan sesuatu peperangan,seseorang itu mesti menimbangkan kesan-kesan sama ada keburukan atau kebaikan yangmungkin dihasilkan oleh peperangan itu. Jika kedukaan dijangka melebihi akibat-akibat yangberfaedah yang boleh dinikmati negara yang melancarkan peperangan itu, menurut etikautilitarianisme, peperangan itu tidak wajar dijalankan. Sebaliknya, peperangan itu dianggapwajar dari segi moral oleh etika utilitarianisme jika kesannya membawa kebahagiaan dankebaikan lebih daripada kemudaratan dan kesedihan.
Guru dalam petikan telah membunuhkan diri dengan meminum racun kerana diaberhidup dalam keadaan ketakutan selepas foto-foto tidak senonohnya telah diletak dalamlaman web facebook oleh bekas teman lelaki. Sebab utama adalah, dia merupakan seorangguru yang mengajar di sebuah sekolah antarabangsa di Abu Dhabi, Emiriah Arab Bersatu (UAE),dia mungkin akan menghadapi hukuman penjara oleh muslim ketat regim tempatan. Dalammemutuskan kemoralan tindakan guru tersebut dari segi utilitarianisme, kesan-kesan tindakandia yang menghasilkan kebaikan atau keburukan yang lebih banyak adalah sangat penting.
Jikalau perbuatan guru tersebut dicontohi atau ditiru akan mempengaruhi masyarakatmembuat sedemikian seperti dia, menamatkan nyawa sendiri untuk mengelakkan sebarangmasalah yang akan dihadapinya, apa akan terjadi?Sebagai seorang
Ini akan menyedihkan dan menyakit hati ahli-ahli keluarga mereka. Kalau merekamerupakan punca pendapatan keluarga, ahli-ahli keluarganya akan menghadapi masalahkewangan. Kekurangan wang akan mambawa banyak isu-isu masyarakat seperti, perompakan,pencurian, dan penghutangan.
Banyak orang yang terbuat sesuatu tindakan yang salah tidak berani menghadapinya,secara alternatif mereka akan membunuhkan diri supaya mengelakkan masalah-masalah padamasa depan.
Maka ini bermakna dari segi teori utilitarianisme, perbuatan guru tersebut adalah tidakbermoral atau tidak wajah kerana tindakannya hanya membawa keburukan yang maksimumkepada orang ramai dan pihak-pihak yang terlibat.
Doktrin Utilitarianisme menghandaki kita sentiasa bertindak kelakuan yangmenghasilkan kebaikan atau kesenorokan yang maksimum kepada bilangan orang sebanyakmungkin atau semua pihak yang terlibat
Sumber : www.scribd.com